Arsip Kategori: Kelestarian

Gunung Guntur


Gunung Guntur adalah sebuah gunung yang berada di wilayah Garut, Jawa Barat dengan ketinggian 2.249 mdpl. Gunung Guntur merupakan gunung yang bertipe stratovolcano.
Mendengar gunung guntur pasti yang terlintas dipikiran kita adalah kilat atau petir. Memang kala itu istilah guntur yang bisa menggambarkan kedahsyatan letusan dari sebuah gunung di kabupaten Garut yang pada saat ini lebih dikenal dengan sebutan Gunung Guntur.
Gunung Guntur merupakan gunung berapi paling aktif di Jawa pada dekade 1800 an. Tapi sejak itu aktivitasnya kembali menurun. Erupsinya pada umumnya disertai dengan lelehan lava, lapili dan objek material lainnya.

Gunung Guntur meskipun tidak terlalu tinggi namun mempunyai sejuta pesona yang akan membuat siapa saja yang mengunjunginya berdecak kagum akan keindahannya.

Untuk mencapai Gunung Guntur kita bisa naik bus jurusan Garut atau Singaparna kemudian turun di Pom Bensin Tanjung. Kemudian untuk menuju pos pendakian kita bisa nebeng truck pasir yang selalu lalu lalang di jalan sebelah pom bensing Tanjung ini dengan membayar sesuai hati saja.

Di pos pendakian kita harus membayar registrasi seikhlasnya dan kemudian melanjutkan lagi naik truck melewati jalan yang rusak parah dengan belokan yang sangat tajam. Hampir 45 menit melewati jalanan offroad dan akhirnya sampai di jalur paling atas dari penambang pasir. Dari titik ini perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki.
Dari tempat penambang pasir kita mulai melangkah, ada 2 jalur yang bisa kita pilih yakni pertama adalah jalur Curug Citilis. Untuk menemukan jalur ini kita harus sedikit turun melipir dari tempat penambang pasir dan jalur persis di tepi sungai dengan pohon yang rindang. Kedua adalah jalur langsung memasuki savana di atas tempat penambang pasir. Jika melalui jalur ini dipastikan akan langsung diterpa sinar matahari yang begitu terik.

Kita mencoba jalur Curug Citilis karena jalurnya jelas dan rindang namun ada tapinya yaitu selepas jalur ini akan berubah menjadi pendakian semi scrambling karena jalur yang menanjak tajam dengan bebatuan besar. Kita harus hati-hati saat melewati jalur ini. Jalur menanjak ini akan berhenti disaat kita sampai di Curug Citilis atas. Berjalan kembali kita akan keluar dari lingkup hutan yang rindang dan masuk ke dalam savana dengan ilalang tinggi. Dari sini jalur mulai melandai namun dengan sinar matahari yang terik.

Jalur landai bisa kita nikmati sampai di pos 2. Mata air terakhirpun bisa kita jumpai di pos 2 ini dan bisa kita gunakan untuk mengisi persediaan air. Dari pos ini jalur yang lebih berat telah menanti. Di awal perjalanan ini kita akan menemui banyak pohon kering yang mati tanpa dedaunan hijau persis seperti di Gunung Papandayan walaupun tidak sebanyak disana.

Jalur yang sebelumnya tanah sedikit demi sedikit berubah menjadi tanah batu kerikil yang mudah lepas. Trek seperti ini yang membuat kita benar-benar benci untuk melewatinya. Setapak demi setapak melewati jalur yang miring dan hanya sedikit pohon hijau dan yang paling menyengsarakan adalah kemiringannya yang 45 derajat sempurna.

Mendekati puncak 1 jalur semakin ekstrim dan terjal. Di tengah jalur akan sesekali menemui pohon pinus yang berdiri sendiri. Disini kita bisa berteduh sejenak sambil menikmati belaian angin untuk mengurangi rasa lelah.

Berjalan pelan tapi pasti dan tetap dengan keyakinan teguh untuk bisa menginjakkan kaki di puncak 1. Di sini perjalanan belum selesai karena belum sampai di puncak utamanya. Kebanyakan para pendaki mendirikan tenda di puncak 1 ini karena banyak tempat yang datar dan pemandangannya juga sudah cukup indah. Dari sini kita bisa melihat pemandangan kota Garut dan ketika mulai sore akan terlihat savana yang menguning dengan ilalang melambai-lambai tertiup angin.

Melanjutkan perjalanan ke puncak 2 jalur kembali miring namun batu kerikil mulai agak berkurang. Dengan sisa nafas setelah berjalan sekitar 40 menit kita akan sampai di puncak 2. Dari puncak 2 pemandangan bebas telah tersaji di depan mata. Tampak di bawah puncak 1 dengan warna-warni tenda para pendaki yang membuka camp disana. Kawah Gunung Guntur tampak menganga di bawah dan menunjukkan kalau dia pernah murka dulu. Menghadap ke belakang tampak puncak 3 yang lebih tinggi lagi. Tepat di puncak 2 ini ada tugu gps pertanda puncak Guntur yang dibuat oleh tim delegasi ITB. Disini kita juga bisa mendirikan tenda untuk menginap. Setelah matahari terbenam akan nampak keindahan langit malam yang begitu indah dengan pemandangan gemerlap lampu kota di bawah. Melihat langit maka akan serasa melihat lukisan alam yang mempesona dan luas dengan penuh jutaan bintang.

Ketika matahari terbit kita akan melihat spectrum warna jingga dibatas cakrawala yang sangat menawan. Tampak di bawah kota Garut masih tampak tertidur dengan lampu kota masih banyak yang menyala. Tampak di kejauhan Gunung Galunggung membuat perpaduan yang sangat menarik. Semakin tinggi matahari semakin nampak kemegahan alam raya ini. Di kejauhan juga nampak Gunung Cikuray dengan bentuk segitiga sama sisi sempurna. Juga terlihat Gunung Papandayan yang selalu berasap dan di utara tampak Gunung Ciremai yang merupakan Gunung Tertinggi di Jawa Barat. Dan dari Kejauhan juga muncul Gunung Slamet yang masih terus murka.

GUNUNG GUNTUR Fenomena Sampah


Sudah menjadi rahasia umum bahwa para pendaki gunung (sebagian tentu saja; bolehlah dibilang para oknum) membuang sampah seenaknya saat mendaki gunung. Tumpukan sampah setelah peristiwa besar seperti Tahun Baru atau Hari Kemerdekaan yang dirayakan di puncak-puncak gunung, dilaporkan dari berbagai gunung yang favorit didaki: G. Gede, G. Semeru, G. Rinjani, dan sebagainya. Berita tahun lalu atas posting seorang pendaki yang menurutnya sah-sah saja membuang sampah karena sudah membayar mahal tiket masuk, dikecam dimana-mana. Mana tanggung jawab dengan atribut “pecinta alam” kalau kelakukan masih jahiliyah seperti itu? Begitu pula gerakan para pendaki bule yang memunguti sampah sepanjang jalur pendakian G. Rinjani menohok kita semua. Kok orang asing lebih peduli dengan kebersihan daripada kita sendiri? Kita juga tersinggung berat ketika ada bule yang bicara pedas tentang mental kita membuang sampah, seperti kasus “the city of pigs” di Bandung beberapa tahun yang lalu. Kelihatannya sebagian dari kita merasa tidak berdosa ketika dengan santainya membuka bungkus permen, kue, atau rokok kemudian melemparnya begitu saja sambil jalan. Botol air kemasan yang ketika penuh dibawa di ransel kita, setelah kosong dan ringan malah dibuang. Di jalan, dari jendela mobil, bahkan di mal, apalagi di jalan setapak gunung-gunung. Seorang anak kecil yang memang merasa tidak berdosa karena kepolosannya membuang sampah di halaman toko, dibiarkan saja oleh orang tuanya. Tanpa ditegur atau diberi contoh. Yah orang tuanya memang begitu juga mungkin mentalnya.
Namun ternyata masih ada harapan. Namun harapan itu masih bercampur dengan keprihatinan. Harapan dan keprihatinan itu terjadi saat mendaki G. Guntur, di Garut, Jawa Barat, saat merayakan Hari Kemerdekaan di salah satu puncak Kompleks Guntur, Paruhpuyan +2.145 m dpl. Sebuah komunitas yang bernama Jalan Setapak tiba-tiba meminta saya untuk menjadi pembina upacara memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-70. Mereka menyiapkan tiang bendera, dan pemimpinnya membisiki kepada saya untuk memberi sedikit pidato dengan diakhiri himbauan supaya membersihkan sampah setelah upacara selesai. Alhamdulillah, upacara sederhana diikuti para pendaki yang sedang berada di Puncak Paruhpuyan berlangsung khidmat. Sambil mengelilingi tiang bendera Sang Saka Merah Putih yang berkibar, lagu Indonesia Raya terdengar lantang dinyanyikan lebih dari 100 mulut. Lalu gerakan membersihkan sampah segera dilakukan dimotori komunitas Jalan Setapak itu. Dalam perjalanan turun gunung, para anggota komunitas itu masing-masing sudah berhasil membawa tas plastik hitam besar berisi sampah yang mereka punguti. Rupanya tidak hanya mereka. Beberapa pendaki individual atau kelompok-kleompok kecil, membawa kembali sampah mereka. Di pinggang mereka terikat botol-botol plastik air kemasan kosong. Sebuah komunitas lain lebih serius dengan menamakan mereka Gerakan “Gunung Bukan Tempat Sampah.” Keseriusan mereka ditandai dengan para anggotanya yang berpenutup ransel seragam dengan tulisan “Gunung Bukan Tempat Sampah” disertai kantung plastik yang bertulisan sama. Sepanjang jalan mereka rajin memunguti sampah-sampah, terutama sampah plastic. Di Kampung Citiis, awal pendakian, sebuah baligo besar terpampang sangat mencolok juga bertuliskan: GUNUNG BUKAN TEMPAT SAMPAH. Namun, di sinilah keprihatinan itu muncul. Masih banyak pendaki yang tidak peduli. Tisu-tisu basah (jenis yang menjijikan, yang para pendaki pemungut sampah pun kelihatan enggan memungutnya), berserakan di sekitar tempat mereka berkemah. Belum lagi sampah bekas makanan dan minuman yang umumnya berbahan plastik. Konyolnya, kaleng gas atau spiritus yang sudah habis tampak dibuang pula seenaknya. Dan hal yang lebih menyedihkan lagi adalah saat jalur turun tiba di Curug Citiis. Penduduk setempat pintar menangkap peluang dengan membuka lapak menjual berbagai makanan ringan dan minuman, mulai dari gorengan tahu, bala-bala, es jus hingga teh atau kopi panas. Lalu… waduuuh! Sampahnya ditumpuk berserakan di sekitar warung di tepi aliran sungai Ci Tiis. Kotor. Tak ayal, sampah-sampah plastik itu masuk ke aliran sungai! Saat para aktivis tiba di tempat ini, terlihat wajah mereka berubah keruh. Saya mengerti mereka bukan petugas kebersihan, sehingga mereka berlalu begitu saja melewati tumpukan sampah yang diproduksi lapak-lapak itu. Bagaimana mungkin mengeruk sampah yang bertumpuk itu. Dari fakta ini, rupanya para pengotor dan penyampah di gunung itu sebagian besar disumbang oleh para penduduk setempat! Saya salut untuk para pendaki yang sebagian besar sudah peduli dengan kebersihan, meskipun sebagian lainnya belum (biasanya para pemula atau pendaki penggembira saja). Tinggal gerakan itu selain ditujukan kepada para pendaki, harus mulai menyentuh para penduduk setempat yang buka lapak di lereng-lereng gunung. Tetap semangat. Keep our mountain clean!

Hijaukan Bumi


Hijaukan Bumi

Bumi ini hijau. Dengan hijaunya bumi menjadi salah satu indikator bahwa keseimbangan lingkungan selalu terjaga. Begitu banyak orang yang peduli dengan bumi sehingga partisipasi pada hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April begitu menggeliat. Aksi penanaman sejuta pohon membuktikan bahwa masih dan bahkan banyak orang yang peduli dengan lingkungan, begitu peduli dengan bumi sebagai tempat hunian manusia di seluruh penjuru dunia. Sudah selayaknya bukan bumi ini menjadi perhatian manusia?
Mengingat bila keseimbangan lingkungan di bumi rusak maka efeknya yang paling utama akan langsung dirasakan oleh penghuni bumi, salah satunya manusia. Maka manusia itu selain sebagai faktor penggerak keseimbangan lingkungan di bumi, manusia juga menjadi korban dari ketidakseimbangan lingkungan dan sekaligus juga bisa menjadi faktor penyebab dari rusaknya keseimbangan lingkungan di bumi ini.

Bila keseimbangan lingkungan terganggu maka akan berimbas pada keseluruhan sistem yang ada. Bukan rahasia lagi kalau hutan memiliki fungsi yang begitu besar dalam keseimbangan lingkungan. Dengan adanya hutan, sistem tata air menjadi seimbang, akar-akar tanaman yang terdapat dalam hutan sangat berperan dalam menyerap kelebihan air, terutama pada musim penghujan sehingga banjir dapat dicegah.

Fungsi hutan sebagai penampung zat karbondioksida sangat dirasakan oleh semua penghuni bumi, seperti manusia dan tumbuh-tumbuhan. Mengapa?Tentunya kita mengetahui bahwa karbondioksida merupakan zat beracun. Zat ini sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dalam melakukan fotosintesis. Secara kimia, reaksi fotosintesis akan menghasilkan glukosa dan oksigen. Oksigen yang dihasilkan dalam fotosintesis begitu dibutuhkan oleh manusia untuk bernafas. Maka dapat disimpulkan betapa pentingnya keberadaan hutan, salah satunya melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuh-tumbuhan.
Namun, sungguh amat disayangkan bila di media publikasi tergambar bahwa hutan mulai terkikis. Kehijauan hutan yang menjadi pesonanya mulai terusik. Adanya tangan-tangan tak bertanggungjawab yang menjamahnya secara liar,  tanpa pernah memikirkan efek yang dahsyat dikemudian hari. Yang ada dipikiran para penjamah hanyalah keuntungan sesaat dan sepihak.
Tangan-tangan yang tak bertanggungjawab ini sesukanya melakukan penebangan hutan secara liar. Ya..pasti, telinga kita tak akan asing lagi dengan kata illegal logging, atau pembalakan liar.
Pembalakan liar atau yang dikenal dengan sebutan illegal logging merupakan tindakan yang memiliki efek yang sangat signifikan terhadap lingkungan sekitar. Mengapa? ini berkaitan dengan fungsi hutan yang sangat penting yaitu salah satunya berperan dalam pengaturan tata air.
Pemikiran sederhananya adalah begini, ketika kita tak sengaja menumpahkan air di meja makan atau di lantai keramik, maka selama kita tak segera memberhentikan  aliran air tersebut, maka air yang tertumpah ini akan terus mengalir ke seluruh permukaan meja atau lantai. Akan sampai dimana aliran air itu berhenti?jawabannya tak jelas, selama air itu masih terus mengalir bisa jadi ke seluruh permukaan yang tertumpah tadi. Bisa dibayangkan bila tumpahan air itu relatif banyak! Wah..tak terbayangkan bagaimana  basahnya area tersebut.
Begitu juga di dunia nyata. Sama kasusnya seperti air yang tertumpah tersebut. Ketika turun hujan, atau pada musim hujan, pasti banyak sekali aliran air dari langit. Nah..kalau banyak hutan yang mengalami pembalakan liar, kira-kira aliran air hujan itu akan tertimbun kemana?Tak ada lagi hutan yang menyerap kelebihan air hujan tersebut. Maka apakah yang akan terjadi??Secara kasat mata, banjirlah kemungkinan yang akan memenuhi pandangan mata.
Dari pemikiran sederhana saja, kita semua dapat memahami betapa pentingnya hutan bagi kehidupan kita semua. Keberadaan hutan menyebabkan kelebihan air dapat diserap. Tak akan ada air yang tergenang di permukaan bumi yang dalam skala besar dapat menyebabkan banjir. Dengan adanya hutan, maka fungsi keseimbangan lingkungan akan terjaga, seperti yang telah dipaparkan pada paragraf-paragraf di atas. Hijaunya hutan pun menjadi pemandangan yang sedap di mata. Dan bukan tak mungkin dapat dijadikan sumber pendapatan negara, contoh sederhana,  salah satunya sebagai hutan wisata, seperti di kota saya Palembang, yaitu Hutan Wisata Puntikayu.
Kasus pembalakan liar seperti digambarkan pada paragraf sebelumnya merupakan otoritas pemerintah untuk menanganinya. Kita, sebagai penduduk di negeri ini tak dapat berbuat banyak untuk mencegah atau bahkan menghakimi tindakan para pelaku. Akan tetapi, sebagai bagian dari penduduk bumi, kita bisa ikut berperan dalam menghijaukan bumi ini, contoh sederhananya adalah dengan ikut berpartisipasi dalam penanaman pohon. Hal yang sederhana bukan?
Saya yakin, tak perlu seorang yang ahli untuk menanam sebuah tanaman, tiap orang pasti bisa asal mereka mau belajar. Menanam saja sangat berarti bagi hijaunya bumi ini. Tak perlu kita berkoar-koar menghujat para pelaku pembalakan liar, yang akibat tindakan mereka begitu berimbas pada semua penduduk bumi. Namun, kita cukup memiliki kesadaran dari diri sendiri untuk ikut menghijaukan bumi, meski hanya sebuah tanaman. Kelak, dengan berjalannya waktu satu buah tanaman ini akan tumbuh dan berkembang menjadi pohon besar yang bermanfaat bagi hijaunya bumi.
Bayangkan! Bila satu orang saja memiliki kesadaran ini, efeknya pasti dapat dirasakan. Bagaimana bila tiap-tiap individu di negeri ini memiliki kesadaran yang serupa?Pasti hijaunya bumi bukanlah angan-angan semata, lambat laun hijau tersebut akan menjadi realita. Dan, bila bumi ini menjadi hijau, siapa lagi yang akan merasakan keuntungannya secara langsung?jawabnya, pasti semua mengetahuinya:) Ya, kita semua sebagai penghuni bumi ini yang secara langsung dapat merasakannya.
Jadi kesadaran itu perlu sekali bagi tiap individu. Dan, akan lebih baik lagi bila kesadaran menanam satu tanaman ini juga diikuti oleh kesadaran oleh oknum pembalakan liar untuk menghentikan aksi merugikan mereka. Bagaimana?setuju??

Hijaukan Bumi


Bumi ini hijau. Dengan hijaunya bumi menjadi salah satu indikator bahwa keseimbangan lingkungan selalu terjaga. Begitu banyak orang yang peduli dengan bumi sehingga partisipasi pada hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April begitu menggeliat. Aksi penanaman sejuta pohon membuktikan bahwa masih dan bahkan banyak orang yang peduli dengan lingkungan, begitu peduli dengan bumi sebagai tempat hunian manusia di seluruh penjuru dunia. Sudah selayaknya bukan bumi ini menjadi perhatian manusia?
Mengingat bila keseimbangan lingkungan di bumi rusak maka efeknya yang paling utama akan langsung dirasakan oleh penghuni bumi, salah satunya manusia. Maka manusia itu selain sebagai faktor penggerak keseimbangan lingkungan di bumi, manusia juga menjadi korban dari ketidakseimbangan lingkungan dan sekaligus juga bisa menjadi faktor penyebab dari rusaknya keseimbangan lingkungan di bumi ini.
Bila keseimbangan lingkungan terganggu maka akan berimbas pada keseluruhan sistem yang ada. Bukan rahasia lagi kalau hutan memiliki fungsi yang begitu besar dalam keseimbangan lingkungan. Dengan adanya hutan, sistem tata air menjadi seimbang, akar-akar tanaman yang terdapat dalam hutan sangat berperan dalam menyerap kelebihan air, terutama pada musim penghujan sehingga banjir dapat dicegah.

Fungsi hutan sebagai penampung zat karbondioksida sangat dirasakan oleh semua penghuni bumi, seperti manusia dan tumbuh-tumbuhan. Mengapa?Tentunya kita mengetahui bahwa karbondioksida merupakan zat beracun. Zat ini sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dalam melakukan fotosintesis. Secara kimia, reaksi fotosintesis akan menghasilkan glukosa dan oksigen. Oksigen yang dihasilkan dalam fotosintesis begitu dibutuhkan oleh manusia untuk bernafas. Maka dapat disimpulkan betapa pentingnya keberadaan hutan, salah satunya melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuh-tumbuhan.
Namun, sungguh amat disayangkan bila di media publikasi tergambar bahwa hutan mulai terkikis. Kehijauan hutan yang menjadi pesonanya mulai terusik. Adanya tangan-tangan tak bertanggungjawab yang menjamahnya secara liar,  tanpa pernah memikirkan efek yang dahsyat dikemudian hari. Yang ada dipikiran para penjamah hanyalah keuntungan sesaat dan sepihak.
Tangan-tangan yang tak bertanggungjawab ini sesukanya melakukan penebangan hutan secara liar. Ya..pasti, telinga kita tak akan asing lagi dengan kata illegal logging, atau pembalakan liar.
Pembalakan liar atau yang dikenal dengan sebutan illegal logging merupakan tindakan yang memiliki efek yang sangat signifikan terhadap lingkungan sekitar. Mengapa? ini berkaitan dengan fungsi hutan yang sangat penting yaitu salah satunya berperan dalam pengaturan tata air.
Pemikiran sederhananya adalah begini, ketika kita tak sengaja menumpahkan air di meja makan atau di lantai keramik, maka selama kita tak segera memberhentikan  aliran air tersebut, maka air yang tertumpah ini akan terus mengalir ke seluruh permukaan meja atau lantai. Akan sampai dimana aliran air itu berhenti?jawabannya tak jelas, selama air itu masih terus mengalir bisa jadi ke seluruh permukaan yang tertumpah tadi. Bisa dibayangkan bila tumpahan air itu relatif banyak! Wah..tak terbayangkan bagaimana  basahnya area tersebut.
Begitu juga di dunia nyata. Sama kasusnya seperti air yang tertumpah tersebut. Ketika turun hujan, atau pada musim hujan, pasti banyak sekali aliran air dari langit. Nah..kalau banyak hutan yang mengalami pembalakan liar, kira-kira aliran air hujan itu akan tertimbun kemana?Tak ada lagi hutan yang menyerap kelebihan air hujan tersebut. Maka apakah yang akan terjadi??Secara kasat mata, banjirlah kemungkinan yang akan memenuhi pandangan mata.
Dari pemikiran sederhana saja, kita semua dapat memahami betapa pentingnya hutan bagi kehidupan kita semua. Keberadaan hutan menyebabkan kelebihan air dapat diserap. Tak akan ada air yang tergenang di permukaan bumi yang dalam skala besar dapat menyebabkan banjir. Dengan adanya hutan, maka fungsi keseimbangan lingkungan akan terjaga, seperti yang telah dipaparkan pada paragraf-paragraf di atas. Hijaunya hutan pun menjadi pemandangan yang sedap di mata. Dan bukan tak mungkin dapat dijadikan sumber pendapatan negara, contoh sederhana,  salah satunya sebagai hutan wisata, seperti di kota saya Palembang, yaitu Hutan Wisata Puntikayu.
Kasus pembalakan liar seperti digambarkan pada paragraf sebelumnya merupakan otoritas pemerintah untuk menanganinya. Kita, sebagai penduduk di negeri ini tak dapat berbuat banyak untuk mencegah atau bahkan menghakimi tindakan para pelaku. Akan tetapi, sebagai bagian dari penduduk bumi, kita bisa ikut berperan dalam menghijaukan bumi ini, contoh sederhananya adalah dengan ikut berpartisipasi dalam penanaman pohon. Hal yang sederhana bukan?
Saya yakin, tak perlu seorang yang ahli untuk menanam sebuah tanaman, tiap orang pasti bisa asal mereka mau belajar. Menanam saja sangat berarti bagi hijaunya bumi ini. Tak perlu kita berkoar-koar menghujat para pelaku pembalakan liar, yang akibat tindakan mereka begitu berimbas pada semua penduduk bumi. Namun, kita cukup memiliki kesadaran dari diri sendiri untuk ikut menghijaukan bumi, meski hanya sebuah tanaman. Kelak, dengan berjalannya waktu satu buah tanaman ini akan tumbuh dan berkembang menjadi pohon besar yang bermanfaat bagi hijaunya bumi.
Bayangkan! Bila satu orang saja memiliki kesadaran ini, efeknya pasti dapat dirasakan. Bagaimana bila tiap-tiap individu di negeri ini memiliki kesadaran yang serupa?Pasti hijaunya bumi bukanlah angan-angan semata, lambat laun hijau tersebut akan menjadi realita. Dan, bila bumi ini menjadi hijau, siapa lagi yang akan merasakan keuntungannya secara langsung?jawabnya, pasti semua mengetahuinya:) Ya, kita semua sebagai penghuni bumi ini yang secara langsung dapat merasakannya.
Jadi kesadaran itu perlu sekali bagi tiap individu. Dan, akan lebih baik lagi bila kesadaran menanam satu tanaman ini juga diikuti oleh kesadaran oleh oknum pembalakan liar untuk menghentikan aksi merugikan mereka. Bagaimana?setuju??

GO Green


Penggunaan kertas yang semakin hari semakin meningkat mau tak mau berakibat pada banyaknya pohon yang d tebang.

Dengan penebangan pohon ini, ekosistem akan terganggu yang mengakibatkan berbagai macam bencana dari banjir, tanah longsor, hingga pemanasan global.

Mari kita bersama2 melakukan daur ulang, untuk mengurangi polusi dan sekaligus dapat menjadi lahan bisnis untuk kita bersama.

Dari bermacam2 sampah, bahan2 yang bisa kita daur ulang antara lain:

1. Kertas

Mendaur ulang kertas, berarti kita telah mengurangi jumlah pohon yang d tebang.

Spoiler for alat dan bahan untuk mendaur ulang kertas:

Langkah2 mendaur ulang kertas adalah sbb:

Spoiler for langkah2:
Quote:
1. Robek kertas bekas dan rendam selama 1 hari.
Quote:
2. Blender kertas yang udah d rendam sampai jadi bubur.
Quote:
3. Tuang kedalam baskom yang udah berisi air, dan aduk sampai merata (inget ini bukan makanan, jadi jangan coba2 d makan. )
Quote:
4. Letakkan spons d atas meja,kemudian taruh kain yang sudah d basahi d atasnya.
Quote:
5. Saring campuran dengan saringan sablon,,inget ambil secara merata dan jangan terlalu tebal.
Quote:
6. Letakkan d atas spons yg sudah d lapisi kain, posisinya terbalik.Gosok screen nya dengan hati2 dan angkat perlahan2.
Quote:
7. Tutup dengan kain yang sudah dibasahi. Lapisi lagi dengan kain basah dan ulangi proses 5,6.
Quote:
8. Setelah mendapat beberapa lapis, letakkan papan pemberat d atasnya.
Quote:
9. Biarkan beberapa saat sampai airnya habis. (+/- 1 jam).
Quote:
10. Angkat 1 persatu, jemur d terik matahari.
Quote:
11. Setrika sepasang demi sepasang,,kalo udah kering lepas kain nya.

Akhirnya jadi kertas daur ulang buatan sendiri

Quote:
Atau bisa menambahkan rumput,bunga, dan bahan alami lainnya sewaktu memblender.
Sewaktu mengepres, tambahkan motif yang d sukai, misal daun.

Apabila ingin bermain dengan warna, tambahkan :

Spoiler for warna:
Quote:
Kunir yang sudah d parut dan d saring akan memberi warna

kuning

.

Daun pandan untuk warna hijau.

Daun jati untuk menghasilkan warna merah.

Daun gambir untuk menghasilkan warna hitam.

Pacar cina untuk warna merah muda.

daun nila untuk warna biru.

Tapi kalau juragan pengen gampang, pake pewarna buatan aja, lebih lengkap.

Quote:
Hasilnya :

Spoiler for hasilnya :) :

2. Plastik

Untuk informasi, ada beberapa jenis plastik yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Spoiler for jenis plastik:

recyling process d amrik sono

Spoiler for proses:

Pertama2 plastik akan d pisahkan sesuai dengan jenisnya,,kemudian akan d giling dengan crusher mesin menjadi serpihan plastik kecil.

Spoiler for crusher machine:
Spoiler for serpihan plastik:

Setelah itu, serpihan plastik tadi akan d digunakan sebagai bahan pembuat produk plastik baru.

Spoiler for produk plastik recycle:
tali plastik

pencil bag

Hasil daur ulang plastik selain berupa produk baru (apabila dari proses penggilingan plastik), juga dapat menjadi produk baru yang masih meninggalkan jejak produk awal

Spoiler for produk daur ulang:

Tapi perlu d perhatikan juga frekuensi dari daur ulang plastik ada batasnya. Walaupun demikian, setidaknya kita telah mengurangi polusi d bumi ini.
Semoga kita semakin sadar untuk menjaga, melestarikan dan hidup selaras dengan alam.

3. Kaca

Untuk bahan dari kaca, bisa d gunakan sebagai campuran untuk menghias dinding GAn.

atau untuk kerajinan (souvenir), GAn

4. Kayu

Bahan kayu (serbuk kayu) bisa d manfaatkan sebagai komposit (produk yang terbuat dari lembaran atau potongan–potongan kecil kayu yang direkat bersama-sama).

Spoiler for artikel:
Pembuatan komposit dengan menggunakan matriks dari plastik yang telah didaur ulang, selain dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu, juga dapat mengurangi pembebanan lingkungan terhadap limbah plastik disamping menghasilkan produk inovatif sebagai bahan bangunan pengganti kayu. Keunggulan produk ini antara lain : biaya produksi lebih murah, bahan bakunya melimpah, fleksibel dalam proses pembuatannya, kerapatannya rendah, lebih bersifat biodegradable (dibanding plastik), memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan bahan baku asalnya, dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan, serta bersifat dapat didaur ulang (recycleable). Beberapa contoh penggunaan produk ini antara lain sebagai komponen interior kendaraan (mobil, kereta api, pesawat terbang), perabot rumah tangga, maupun komponen bangunan (jendela, pintu, dinding, lantai dan jembatan).sumber

serbuk kayu

setelah d olah jadi komposit, bisa d gunakan untuk pembuatan mebel

5. Batu

Kalo batu, bisa d hancurkan, jadi pasir, atau campuran saat membuat pondasi (batuan yang keras)